Pertamaku,
Hai semua !
Sewaktu saya berusia dibawah 6 tahun, cita-cita saya ingin menjadi seorang pilot. Kenapa ? karena pilot bisa terbang setinggi yang ia mau. Lalu saya ingin menjadi seorang pramugari, dengan alasan yang sama, ingin bisa terbang kemanapun. Dengan segala daya upaya ingin sekali menjadi seorang pilot atau pramugari dan kandas karena ternyata takdir berkata lain hahahahaha.
Karena faktor keluarga maka saya harus berjuang untuk tetap hidup, sekolah dan berbakti kepada orangtua. Hal itu menjadi penting bagi seorang anak yang beranjak remaja karena orangtuanya selalu berkata :
Kunci sukses hanya dua. Pertama takut dan hormat kepada Tuhan.
Kedua menghargai orangtua. ( sumber : ibu dan bapak saya)
Saat itu saya hanyalah seorang remaja yang berusia sekitar 13 tahun, dengan segala cara berusaha agar bisa tetap bersekolah. Melenyapkan segala ketakutan dan mencoba segala hal untuk bertahan. Beragam pekerjaan dilakukan sedari pulang sekolah hingga jam dimana remaja seusia saya telah lelap tertidur dengan PR sekolah yang telah selesai.
Kehidupan memang menempa saya dengan keras, namun anehnya ada kekuatan yang membuat saya tidak hancur. Bertahan dan semakin kuat itulah yang terjadi. Pendidikan di SMPpun diselesaikan dengan baik, SMApun menanti. Masa sulit SMP berlalu, tahap baru SMA memanggil.
Entah bagaimana mujizat Tuhan Sang Khalik itu selalu ada sehingga saya tidak pernah putus sekolah. Berbekal nasehat orangtua untuk berjuang melawan kerasnya kehidupan, sayapun tumbuh dengan semangat kerja keras dan pantang menyerah.
Saat SMA saya menghadapi banyak tantangan dan ketidakpastian hidup, pekerjaan dan rutinitas saya hanyalah sekolah dan bekerja. Bersyukur bisa bergabung dalam beberapa organisasi sekolah saat itu.
Dengan pendidikan yang didapat, bisa dikatakan saya termasuk generasi dimana GURU di sekolah adalah seorang yang dihormati dan sosok yang disegani. Di satu sisi saya bersyukur memiliki guru yang bisa dikatakan cukup keras mendidik murid-muridnya. Bagaimana mereka mengajarkan sopan santun baik dalam bersikap maupun dalam berucap. Guru - guru tersebut tidak hanya keren mengajar namun mereka benar-benar menerapkan dalam keseharian mereka. Masih segar dalam ingatan saya tentang penggaris kayu yang patah berkali-kali karena mendisiplinkan siswa mereka. Orangtua yang menuntut anak-anak mereka untuk bertanggung jawab dan mandiri, alih-alih dibela ketika anak mereka dipukul oleh guru. Yang hidup ditahun 1990-an rasanya paham maksud saya, bahwa orangtua akan menambah menegur sang anak. Memalukan kata mereka. Sehingga dampak dari itu semua saya berusaha untuk tidak membuat sesuatu yang berdampak buruk (kenyataannya: sangat sulit direalisasikan hahahaahaha)
Hingga lulus SMA tidak ada cita-cita baru masih yang itu saja. Oh, bukan pilot or pramugari lagi ya. Tahu apa cita-cita saya ? hahahaaha kata orang cita-cita saya kurang jelas. Saya INGIN menjadi seorang yang SUKSES. Bukankah itu cita-cita ? Menjadi SUKSES.
Taβ¦daβ¦. beberapa tahun kemudian sang anak remaja telah menyelesaikan kuliahnya. Ya tentu kuliah yang dimana orangtua yang berjanji, sang anak yang harus menepati. OH iya saya flashback deh ya. Dulu saat saya baru lahir, saya seorang bayi yang tidak bisa meminum ASI sodara-sodara, trus minum apa dong ? Inilah ibu saya bilang bahwa saya anak sapi, hanya karena saya harus minum susu formula. Kenapa begitu, karena ibu saya semasa hidupnya sering mengkonsumi obat lambung sehingga air susunyapun ter-kontaminasi obat yan gmengakibatkan anaknya tidak akan pernah bisa meminum ASI-nya. setiap 30 menit maka bagian perut saya membengkak karena tidak ada isinya (oh ada, ANGIN hahahaha) nah angin itulah yang membuat perut saya membesar setiap 30 menit.
Berdasarkan kisah orangtua saya bahwa akhirnya dokter berusaha membuat saya minum melalui mulut tidak bisa, hidung pun sulit. Ibu saya tidak tega melihat saya harus minum melalui telinga (ta..da gagal juga saudara-saudara). Terakhir melalui kaki, jika tidak bisa juga maka akan melalui kepala..OMG orangtua saya berdoa. Lalu bapak saya berjanji jika anak pertamanya berhasil hidup maka ia akan memberikan kehidupan anaknya untuk Tuhan. Singkat cerita sembuhlah sang bayi dan langsung diterbangkan ke pulau lain untuk tinggal bersama kakek dan neneknya.
Setelah lulus kuliah saya bekerja di sebuah gereja setelah itu mendapat tawaran untuk menjadi guru. GURU saudara, GURU. Tidak pernah terlintas dalam benak saya untuk menjadi seorang guru. Namun itulah kenyataannya, saya menjadi seorang guru di salah satu Sekolah Swasta di kota Bandung.
![]() |
Bahagia itu saat bisa tertawa bersama |
Tahun 2008 saya menerima tawaran menjadi seorang guru. Anehnya saya berkeinginan untuk bisa menjadi guru yang asik (asik ya bukan guru yang killer hahahaha).

Mengajar seringkali disebut ibu dari segala profesi.
(Stinnett & Huggett/ Guru sebagai profesi)
Menurut saya menjadi guru itu ......
Berikut saya kasih dulu Hyme Guru ya, supaya terkenang masa sekolah dan berangan setinggi langit.
Selamat mengenang β«Saya akan membahas guru, keseruannya hingga harapannya bagi generasi mendatang di artikel berikutnya oke.
Lengkap! Keren asli ini mah π€ lanjutkan, Kakak. Tetap semangat menulis.
BalasHapusTerimakasih bimbingannya....semoga kedepannya bisa lebih baik lagi. Terimakasih ya ka Tuteh :)
HapusAwal yang bagus, saya menantikan cerita-cerita, ide, pengalaman, tips dan berbagai kebaikan yang bisa kita bagikan πβ
BalasHapusSemangat kakak π
Terimakasih bimbingannya.
HapusGod bless u om Bisot
Okay bu guru lanjutkan ceritamu..
BalasHapusBiar bisa menginspirasi banyak orang dengan kisahmu.
Hidup punya banyak kisah untuk diceritakan..
Good job,,ceritanya bikin nagih pengen tau lanjutannya secepatnya. Bikin emosi yang bacanya ikut terlibat,,ada bagian yang bikin melow,,hehhe,,
BalasHapusSemangat terus dan ditunggu kelanjutannya,,πππ
Kak Maya ^_^
BalasHapusKeren banget euiiiiii
Sekali nulis, langsung panjang begini. Sukak!
Cakep.....
BalasHapusCikgu Yang asik itu perlu karena sudah tidak zamannya membimbing anak murid dgn killer.
Terimakasih ibu dewie untuk dukungannya, semangat selalu π
Hapus