Arsip Blog

Senin, 26 November 2018

Patriot Pembangun Bangsa Insan Cendikia

Patriot Bangsa

Hari Guru Nasional Indonesia 2018


Lama berlalu, kembali saya teringat masa dimana belajar membaca. Kisah masa kecil saat saya berusia 6 tahun, kelas 1 SD. Syukurlah bahwa di tahun 1988 ketika seorang anak duduk di kelas 1 Sekolah Dasar, ia barulah akan diajar membaca. Berbeda dengan zaman sekarang ketika memasuki Sekolah Dasar seorang siswa setidaknya mampu untuk mengeja huruf dan berhitung hingga 100.

Ya, disebuah kelas setelah beberapa minggu berlalu. Semua siswa sudah mengenal dan mampu mengeja huruf menjadi kata. Hal yang paling tidak disukai adalah tes membaca ke depan kelas, jika salah maka akan didisiplinkan dnegan cara berdiri di depan kelas. Halloooooo…. siswa SD kelas 1 didisiplinkan dengan cara demikian (mungkin hal inilah yang membuat saya kuat dan tegar menghadapi sulitnya menerima ilmu hahahaha)

Ayo kamu maju, dengan deg-deg-an saya maju. “Baca baris ke tiga !” kata guru saya. 
“ Ini mama budi…” belum selesai membaca guru saya berkata lagi 
“mana huruf m…mana…kok bisa jadi mama. Dieja.!” 
Dengan taat sayapun mengeja “ I..n..I..ini.” “i..b..u...mama” “Stop!, mana huruf m. Itu I..b..u..ibu. Bukan mama. Ulangi”
Masih teringat guru tersebut berusaha untuk supaya saya mengeja dan menyambung menjadi kata yang benar yaitu “I..b..u…ibu” sayangnya lagi - lagi saya berkata “i..b..u...mama.”
Guru kelas 1 saya hanya terdiam dan saya melanjutkan “ I..n..I..ini. i..bu...mama. ini..mama...Budi.” Lalu sang guru meminta muridnya duduk.

Tidak disangka ke esokan harinya ibu saya ikut mengantar ke sekolah (Hanya info teman bahwa sedari kelas 1 saya hanya 3 hari saja diantar ke sekolah, selebihnya saya berangkat sendiri. LOh kok bisa, nggak takut diculik, nggak takut ketabrak. Mungkin hal itu ada dibenak kalian ya kan ? Don’t be worry karena sekolah dan rumah saya tidak jauh. Hanya sekotar 2,5 - 3 KM saja (hahahahaah hmmm kalau anak sekarang maka akan berbeda, oh ya. Sekolah saya tidak dilewati angkutan umum secara langsung). Apakah ada yang tahu kenapa ibu saya ikut mengantar ke sekolah. Yes, anda benar. Orangtua saya dipanggil oleh walikelas. Penyebanya adalah : 

  1. Anak ibu berulangkali di tes membaca, ia tidak bisa membaca dengan baik dan benar.
  2. "Ibu, dibaca mama. Harimau, dibaca macan." 
  3. Mohon kerjasama orangtua untuk membantu anaknya membaca dengan benar.
Hari berlalu, malampun tiba. Seperti biasa kami sekeluarga berkumpul di sekitaran meja makan, sambil berbicara. Ibu sayapun berkata "Kak, tadi mama dipanggil ibu guru, dia bilang kakak nggak bisa meng-eja dengan benar" "Hmmmmmmm, yang mana mam ?" pura-pura tidak paham. Ibu sayapun menjelaskan dengan rinci. 
  • "Pertama, ibu guru bilang kamu nggak bisa mengeja dengan baik dan benar"
  • "Ibu guru juga bilang kakak kalo baca ibu jadi mama, kenapa sih bisa gitu ?" Sayapun menjawab "mama bukannnya sama dengan ibu ? kenapa harus salahin?" Ibu saya berkata lagi " Ia bener ibu sama dengan mama, tapi hurufnya kan beda ka?" Saya hanya terdiam. 
  • "Harimau sama macan,itu kan hurufnya beda ka. Tolonglah baca yang bener." Sayapun bilang "Mam, harimau sama macan apa bedanya ? ibu sama mama, apa bedanya"
Saat itu saya tidak paham mengapa hal tersebut salah. Sampai sekarangpun saya masih mentertawakan keanehan ini. Aneh tapi konyol, bukan gurunya loh ya. Tapi sayanya hahhahaaha. Speechless saya.
Waktu berlalu, ibu sayapun jarang sekali menjelaskan pelajaran dikarenakan kesibukan menjaga dan merawat kedua adik lelaki saya. Belajar mandiri sedari SD, hmmmmmm bersyukurlah kalian hey anak masa kini yang orangtuanya sangat memperhatikan kualitas pendidikanmu.

Tidak dapat dipungkiri masa Sekolah Dasar adalah masa dimana saya belajar banyak hal selain membaca, menulis dan berhitung. Melainkan masa dimana sayapun harus belajar beradaptasi dengan banyak hal. 
"Tell me and i'll forget. Show me and i may remember. Involve me and i learn." Benjamin Franklin
Masa SD dilakui dengan kegembiraan seorang anak Sekolah Dasar. Ya belajar dan bermain. Saya tidak banyak ingat akan hal - hal buruk yang terjadi, mau tahu kenapa ? Karena saya tidak mau untuk mengingatnya, semua itu menyedihkan. Masa SD yang seharusnya menjadi hal yang membahagiakan, untuk masa Sekolah Dasar mari kita sepakati bahwa ceritanya cukup sampai disini. Mungkin lain waktu akan saya rinci bagaimana kehidupan SD membentuk saya (Semoga ada keinginan dan mampu menceritakan)

Jangan takut, berjalanlah.
Jangan ragu, tataplah kedepan.
Jangan malu, semua manusia sama.
By.Maya usia 15thn

Teringat guru-guru SMP saya, bagaimana mereka mendidik para siswa dengan disiplin. Nah, untuk  para siswa ataupun mahasiswa, bahkan manusia pada umumnya kata disiplin membuat pendengarnya menjadi sedikit merinding. Mengapa ? mungkin karena proses pembentukan seseorang itu menjadi seorang yang disiplin itu tidak mudah. Guru SMP saya melakukannya. Secara psikologi remaja usia 13 - 19 tahun adalah masa perubahan remaja secara emosional. Masa inilah masa dimana saya kehilangan figur orangtua dan keluarga.

Dengan tinggal bersama oma dan om tante serta sepupu, terdapat sebuah rasa dimana "saya gimana?" Orangtua saya tinggal cukup jauh sehingga sulit untuk berkomunikasi (nah, zaman saya 1990 hp belum ada, pager juga belum, telepon hanya ada dirumah-rumah dan telepon umum. Ada yang pernah lihat telepon umum, wah, seru tuh telepon umum. Dulu telepon umum itu ada no tlp darurat misal ke 107. Nah, karena keingintahuan yang berujung kepada keisengan maka no darurat ditekan dan hanya sekedar "halo..halo..halo...hahahahaaha" tutup. Demikian selanjutnya, norak ya.)



Guru, menjadi seorang panutan dalam kehidupan seorang saya.

Bersama guru-guru saya menghabiskan banyak waktu. Mulai dari pagi hingga malam. Seorang guru berkata bahwa kehidupan saya sungguh suram. Dia berkata demikian karena ia melihat bahwa saya bukanlah seorang yang berotak encer ataupun seorang yang kreatif. Saya hanyalah seorang yang seringkali ditemukan tertidur didalam kelas semasa SMP dan parahnya kebiasaan itu berlanjut hingga SMA. Kalau kalian sudah baca di Daily label, saya pikir kalian akan mengerti mengapa hal itu dapat terjadi. Guru tersebut seringkali memarahi saya, menyindir bahkan mengganggap saya tidak ada dikelasnya. Untuk seorang anak remaja, awalnya tersebut mengganggu, lama kelamaan hal itu berlalu dan istilahnya bodo amat. MADESU demikianlah ia memanggil saya. 

Disisi lain saya memiliki wali kelas yang sangat perhatian, saya pernah hampir putus sekolah karena tidak mampu membayar daftar ulang untuk naik ke kelas 3 (sekarang 9 SMP). 2 minggu sekolah berjalan, saya hadir hanya sekali saja. Mengapa ? karena awalnya saya pikir sekolah akan berempati dan memberitahukan dikelas manakah saya ditempatkan. Sedari pukul 07.00 Wib hingga 13.00 Wib saya hanya mampu berdiri didepan ruang guru sekolah dan hilir mudik ke ruang kepala sekolah untuk memohon dimanakah saya ditempatkan.

Saya berkali-kali berkata bahwa saya akan bekerja lebih keras untuk menabung dan membayar uang daftar ulang, saya berusaha dan berusaha. Sembari berjalan ,guru kelas 2 saya berkata "eh si madesu" Dalam hati saya berkata, apakah saya wajar diperlakukan seperti ini, saya hanya anak kelas 3 SMP yang masih belasan tahun. Berjam-jam menanti namun tak kunjung tahu dikelas manakah saya ditempatkan. Berangsur guru pulang, satu demi satu. Tatapan kasihan mereka tidak menyurutkan semangat saya, hingga akhirnya Kepala Sekolah saya berkata "Geus balik, lamun geus mayar kakara abus kelas. Ayeuna mah balik. Indung bapa maneh tah ka dieu, lain maneh" yang artinya adalah "udah sana kamu pulang, kalo udah bayar baru masuk kelas. Sekarang mah pulang. Orangtua kamu yang kesini, bukan kamu." Esoknya saya mencoba datang, namun teman-teman saya berkata "nama kamu masih nggak ada, udah pulang ajah."

2 minggu berlalu. 
Doc. by www.pinterest.com
Wali kelas saya datang dan saya berkata bahwa saya tidak akan melanjutkan sekolah karena saya merasa tidak sanggup untuk membayar semua itu. Itulah guru beliau berkata "masuk ajah, mau jadi apa kamu kalo nggak sekolah ? masuk ajah, masalah bayar nanti saja." Intinya sayapun masuk kelas dengan ketertinggalan 2 minggu, madesu ini belajar. Nebeng buku teman dan berusaha untuk mengejar. SMP berlalu, lain kali saya ceritain detailnya hahahahaahaha banyak ya lain kalinya.  Madesu naik jenjang....Yey..yey....


Guru-guru SMA saya sungguh orang-orang yang sangat tabah.

Mengapa mereka tabah ? karena saya tidak termasuk golongan siswa menguntungkan. Teringat guru IPS di SMA saya, beliau guru baru. Kesan pertama diajar olehnya, ia begitu lucu. Cara mengajarnya  membuat semua siswa dikelas tertawa dan hilanglah satu per satu. Menghilang....?? kemana ? kantin bisa, keluar sekolah juga bisa. 2 minggu kemudian guru tersebut mengundurkan diri. Kami sangat sedih mendengarnya saat itu, karena tidak ada lagi guru yang bisa seru-seruan lagi. Saat itu tidak ada rasa menyesal, yang ada hanya ya sudahlah.

Kini, saya mengerti. 

Bahwa  guru adalah seorang yang digugu dan ditiru.
Guru adalah seorang penyemangat bahkan saat ia tidak semangat. 
Guru adalah seorang yang harus mampu bahagia meski ia sedang merana.
Guru adalah seorang yang menangis saat muridnya terpuruk.
Guru adalah seorang yang berjuang saat muridnya patah arang.
Guru adalah seorang yang berjasa, meski tak ada sekavling tanah di taman makam pahlawan
Guru adalah pahlwan yang tidak pernah mengangkat senjata 
Guru adalah seorang yang tidak memberikan jiwa raganya, namun memberikan hidupnya untuk generasinya, generasi selanjutnya dan generasi penerusnya.


Sebagai seorang guru

Saya menyadari bahwa murid tidak selalu salah. Mereka hanya ingin mencoba.
Murid tidak malas, hanya saja mereka lelah akan tuntutan pendidikan.
Murid tidaklah melawan, mereka hanya ingin mengutarakan pendapat.
Murid tidaklah selalu menjadi murid, mereka juga bisa menjadi guru bagi guru mereka.

"Selamat hari guru, selamat hari patriot pembangun insan cendikia. Jasamu tiada tara." 
  ✋Maya Patricia 




Tulisan ini didedikasikan bagi
seluruh Patriot pembangun insan cendikia Bangsa Indonesia.



9 komentar:

  1. Selamat hari guru, Kak Maya
    Ceritamu luar biasa ^_^
    Semoga Tuhan senantiasa memberkati :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat, sharing yang asik untuk berbagi pengalaman dan opini :)

      Hapus
    2. Terimkasih untuk sepakat hidup lebih maju...terimakasih guru2 akuh 👏

      Hapus
  2. Selamat Hari Guru,,tuk semua guru yang sudah dan masih terus berjuang mencerdaskan kehidupan tunas-tunas bangsa.
    Perjalanan hidup yang menarik,,membuat saya kembali mengenang masa2 sekolah dulu.
    Berisi pengalaman yang nano nano rasanya,,,ada lucunya,,ada haru-nya,,
    Semangat terus untuk mencerdaskan tunas bangsa DAN produktif terus dengan kisah-kisah inspiratif berikutnya,,🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih ibu guru biologi..semangatlah selalu bersama tunas-tunas bangsa zaman now.

      Hapus
  3. Selamat Hari Guru (yang telat diucapkan) Kak Maya ... Aku padamu sungguh bangga. Dirimu sangat menginspirasi. Kisah yang sangat luar biasa, Kak! 🤗

    Hai anak-anak zaman sekarang yang sekolahnya dibayarin tepat waktu, sana belajar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nasehat yang asikkk.....
      "sana belajar. "
      Kapan ke bandung ka dino?

      Hapus

All you can eat

Hanya makan ?

Makan dan makan Makan merupakan kebutuhan dasar manusia, bahkan ada yang bilang bawa hidup untuk makan. Benarkah, hidup untuk makan ? M...

356 Hari